Bontang. Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang mengaku meragukan hasil uji laboratorium Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terhadap sampel air laut yang berada di sekitar lokasi proyek PLTU Teluk Kadere, Kelurahan Bontang Lestari.
Pasalnya hasil lab yang dipaparkan oleh DLH pada rapat terkait baku mutu udara di Kota Bontang yang digelar secara tertutup pada Selasa (21/1/2020), tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Dikatakan ketua Komisi III DPRD Bontang Amir Tosina, berdasarkan pengakuan DLH baku mutu air laut yang ada di Teluk Kadere khususnya di sekitar lokasi proyek PLTU masih berada di bawah ambang batas, sehingga masih terbilang aman. Namun hasil tersebut justru berbanding terbalik dengan kondisi real yang terjadi di lapangan.
Menurut Amir, saat pihaknya melakukan sidak ke lokasi ditemukan beberapa sumur warga yang kondisinya sudah tidak bisa digunakan lantaran tercemar limbah proyek PLTU.
“Saat kita tindak lanjuti melalui sidak ternyata benar, sumur- sumur warga yang berada di sekitar proyek tercemar, bahkan pohon- pohon dan biota laut juga banyak yang mati, sementara pihak DLH sampai saat ini memberikan laporan kepada kami masih normal,” ungkapnya.
Mengacu pada hal tersebut, pihaknya pun mengaku meragukan hasil uji lab dari DLH dan meminta agar kembali mengambil sampel baru saat kegiatan proyek berlangsung.
“Kami meminta agar DLH membentuk tim untuk menyelesaikan apa yang menjadi laporan warga, karena kami curiga saat pengambilan sampel air, pabrik dalam keadaan tidak beroperasi sehingga dengan hasil sidak kami di lapangan kenyataanya berbanding terbalik,” tegas Amir.
Sebelumnya berdasarkan pengakuan pihak DLH, baku mutu air laut yang berada di sekitar lokasi proyek PLTU masih berada di bawah ambang batas atau masih terbilang normal dengan suhu air 35 derajat celcius dan ph air mencapai angka 7,2.
Laporan: Sari | Faisal