Bontang. Untuk mensosialiasikan peluncuran Bontang Berwolbachia Serentak (BAWIS) Bontang, Dinas Kesehatan Bontang mengadakan konferensi Pers di Gedung PSC Bontang pada Jumat (1/9/2023) pagi. Konferensi Pers ini diselenggarakan untuk mengumumkan persiapan peluncuran BAWIS Bontang, yaitu sebuah inovasi revolusioner yang bertujuan untuk mengendalikan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bontang.
Dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bontang Toetoek Pribadi Ekowati, Inovasi Wolbachia akan diluncurkan secara resmi oleh Kementerian Kesehatan pada tanggal 5 September 2023 di area parkir Bontang Kuala. Program ini akan diterapkan melalui dua tahap di seluruh kelurahan di Bontang. Tahap pertama akan mencakup 6 kelurahan, sementara tahap kedua akan melibatkan 9 kelurahan.
Kota Bontang menjadi titik awal proyek pilot inovasi Wolbachia untuk pengendalian DBD di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022 menetapkan 5 kota sebagai lokasi implementasi teknologi Wolbachia, termasuk Bontang. Kota Bontang dipilih karena tingginya kasus DBD, angka kematian akibat penyakit tersebut, dan komitmen Pemerintah Kota Bontang dalam memerangi DBD.
“Teknologi Wolbachia, yang akan diimplementasikan bersama dengan strategi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang telah ada, melibatkan penambahan bakteri Wolbachia ke dalam nyamuk Aedes aegypti, vektor penularan DBD. Bakteri Wolbachia ini akan menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk, sehingga nyamuk tidak akan mentransmisikan virus ini kepada manusia saat menggigit,” terangnya.
Epidemiolog muda Adi Permana, pada jumpa Pers tersebut memberikan gambaran tentang cara kerja inovasi Wolbachia di Kota Bontang. Telur nyamuk Aedes aegypti diinjeksikan dengan bakteri Wolbachia di laboratorium. Telur yang telah diinjeksikan kemudian dikirim ke Bontang dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga. Nyamuk yang berkembang biak alami dari telur ini akan memiliki bakteri Wolbachia. Nyamuk betina yang mengandung bakteri Wolbachia akan menghasilkan telur dengan bakteri tersebut.
“Peluncuran program ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lintas sektor, perusahaan, media massa, masyarakat, sekolah, kantor, dan tempat ibadah. Mereka diharapkan dapat menjadi lokasi atau penitipan ember-ember penetasan nyamuk Wolbachia,” ucapnya.
Ditambahkan Adi, sebelum peluncuran, sejumlah tahapan telah dilakukan, termasuk sosialisasi di tingkat kecamatan dan kelurahan, serta pelatihan koordinator lapangan (korlap) dan kader. Setelah peluncuran, program ini akan melibatkan pemetaan lokasi penitipan ember nyamuk Wolbachia, serta rilis telur-telur nyamuk dengan bakteri Wolbachia. Proses ini akan memakan waktu sekitar 6 bulan untuk menyebarkan nyamuk dengan bakteri Wolbachia ke seluruh Bontang, dengan harapan bahwa dalam satu tahun populasi nyamuk ini mencapai 80% dari populasi nyamuk Aedes aegypti di kota ini.
“Inovasi Wolbachia bukanlah hal baru dan telah berhasil diimplementasikan di beberapa daerah, termasuk Jogjakarta dan Kabupaten Bantul. Berkat teknologi ini, kasus DBD dapat ditekan hingga 77%, dan angka pasien yang dirawat dapat turun hingga 86%. Berdasarkan bukti ilmiah yang telah ada, Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk memperluas implementasi inovasi Wolbachia ke lima kota di Indonesia, termasuk Bontang,” ungkapnya.
Harapan dengan inovasi Wolbachia yang di Bontang diberinama BAWIS Bontang dapat mengendalikan penyebaran penyakit DBD. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, perusahaan, dan media massa. Melalui partisipasi aktif dari berbagai sektor, diharapkan program ini dapat mencapai keberhasilan yang lebih besar dalam mengendalikan DBD.