Sumaryono : Berkah Ayam nan ‘Barokah’

Bontang. Lahir 28 Juli 1970 dari keluarga biasa di Klaten, Jawa Tengah , dari kecil Sumaryono, pemilik usaha Ayam Barokah di Telihan, Bontang Barat, dilatih orang tua prihatin.

Sebelum hijrah ke Kota Bontang, Sumaryono pernah bekerja di Sritex pada 1997, sebuah perusahaan garmen (tekstil) terbesar di Asia Tenggara pada masanya.

Dua tahun di sana, Sumaryono lalu berpindah ke pabrik textile yang baru dan mampu meningkatkan taraf hidup dan karier setelah menjadi Kabag Operasional.

“Di sinilah saya total bekerja. Saya bayar kepercayaan perusahaan dengan totalitas sesuai penghasilan yang memadai juga. Itu sekitar 1998.” Paparnya.

Namun, justru di tempat kerja baru inilah Sumaryono mengalami keterpurukan.

“Waktu itu, Solo bakar-bakaran dan saya kena tipu. Saya harus mengganti uang Rp 200.000.000 kepada perusahaan dan hanya menerima cek kosong dan menjadi korban penipuan. Perusahaan juga kolaps,” kenang Sumaryono mengingat masa-masa pahitnya di Klaten.

Sumaryono terpaksa meminta bantuan orang tua, menjual sawah untuk menutupi nama baik di kantor, dan menganggur. “Waktu saya sukses dan banyak uang, banyak didatangi teman. Tetapi waktu saya jatuh terpuruk, dipinjemi uang saja tidak ada.”

Bukan sekali dua dialami Sumaryono. Perhiasan orang tua pun dijual namun masih terkena penipuan. Akhirnya, Sumaryono menerima saran dari saudara untuk membasuh kaki kedua orang tua.

Setelah itu, barulah ada pencerahan.Petaka-petaka itulah yang memberikan pelajaran bagi ayah dari Cindy Ayu Damastuti ini hijrah ke Bontang.

“Saya minta doa restu orang tua dan datang ke Bontang dengan modal minus. Masalahnya, saya masih punya utang di Jawa. Saya datang ke Bontang itu persis pada saat rame-ramenya pemilihan Gus Dur di tv. Tahun 1999. Posisi saya sedang terjepit waktu itu,” ujar Sumaryono dengan mata berkaca-kaca.