Bontang. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas IIIA Bontang mengalami over kapasitas, dari seharusnya 374 penghuni kini mencapai 830 warga binaan. Mayoritas narapidana asal Kutai Timur.
Tingginya jumlah penghuni lapas pun turut berdampak pada membengkaknya pengeluaran setiap tahun, terutama dalam penyediaan makanan harian.
Dimana pihak lapas bontang harus mengeluarkan anggaran sebesar Rp 12,4 juta per hari. Atau setiap warga binaan dijatah Rp 14.936 setiap hari.
Jika dikonversi dalam satu tahun, lapas kelas IIIA Bontang harus merogoh dana sebesar Rp 4,4 Miliar hanya untuk biaya makan.
“Sementara anggaran dari Kementerian Hukum dan HAM untuk biaya makan hanya Rp2,9 Miliar setahun. Sangat jauh dari kebutuhan,” ungkap Kepala Lapas Heru Yuswanto, saat ditemui di kantornya.
Menurutnya, dengan anggaran total Rp 5 Miliar dalam satu tahun, sangat tidak memungkinkan untuk mengakomodir seluruh kebutuhan. Mulai gaji dan tunjangan karyawan, biaya makan, air, hingga listrik. Termasuk operasional.
“Karena tingginya kebutuhan tersebut, kami (lapas) harus berutang Rp 140 juta kepada PDAM Tirta Taman untuk tagihan air sejak Januari 2017 lalu. Dan Rp 40 juta kepada PLN untuk tagihan listrik dua bulan terakhir,” terang Heru.
Atas kondisi ini, pihaknya pun telah berupaya dengan berkoordinasi bersama Pemerintah Kota Bontang serta sejumlah perusahaan. Guna membantu biaya operasional Lapas kelas IIIA Bontang.
“Kami sangat berharap bantuan dari Pemerintah dan perusahaan, agar kondisi lapas tidak terus menerus seperti ini. Apalagi dengan jumlah warga binaan yang lebih dua kali lipat, otomatis biaya yang dikeluarkan pun meningkat drastis,” pungkasnya.(*)
Laporan: Tim Liputan Pktv Bontang