Bontang. Jiwa wirausaha nampaknya memang melekat pada Abdul Ghalib Usman. Pria kelahiran Bontang tahun 1967 lalu ini, ternyata telah menggeluti usaha kuliner sejak 20 tahun belakangan. Hingga kini berdiri sebuah restoran megah atas air, di kawasan wisata Bontang Kuala, yang dinamainya Restoran Anjungan Indah.
Usaha kuliner ini dimulai Ghalib tahun 1996. Ia memberanikan diri membuka usaha rumah makan dengan berbagai jenis makanan dari hasil lalut. Salah satu andalannya, sambal gammi menjadi favorit di rumah makan ini. Bahkan Ghalib tercatat sebagai salah satu pelopor usaha kuliner sambal gammi, yang kini mendunia.
Tentu, hal ini bukanlah sebuah pencapaian yang mudah untuk diraih. Pasang surut dan beragam tantangan telah banyak dilalui Ghalib sejak awal merintis usaha. Mulai dari akses menuju rumah makan yang harus menyebrang menggunakan kapal saat belum adanya jembatan, hingga persaingan yang semakin hari semakin ketat.
Berada diatas air, rumah makan anjungan indah dikonsep sederhana. Setiap pengunjung pun dimanjakan nuansa santai dengan pemandangan laut, yang menghembuskan semilir angin.
“Konsep seperti ini yang susah, karena kita harus memanjakan pengunjung dan membuat setiap orang yang datang bisa nyaman menikmati makanan dengan suasananya,” ungkap Abdul Ghalib.
Walau awalnya hanya modal nekat, siapa sangka kini Ghalib mampu meraup omset hingga ratusan Juta Rupiah setiap bulannya.
Bahkan, meski kondisi keuangan saat ini sedang lesu, rumah makan Anjungan Indah Bontang Kuala milik ayah empat anak ini masih tetap eksis, dan mampu bertahan ditengah banyaknya makanan modern yang sudah mulai masuk ke Kota Bontang.
“Menjadi seorang pengusaha adalah pilihan. Makanya untuk bisa bertahan, kita harus memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah,” tambahnya.
Rumah Makan Anjungan Indah kini menjadi rumah makan seafood yang banyak digandrungi berbagai kalangan. Mulai pejabat Negara, Gubernur, hingga Walikota. Serta sederet artis ternama ibukota yang bertandang ke Bontang pun, pernah menginjakkan kaki di rumah makan milik Abdul Ghalib Usman. (*)
Laporan : Yuli & Nasrul