Baru Capai 12 Persen, Pembangunan Rusunawa Guntung Dinilai Lamban

Bontang. Progres pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kelurahan Guntung Kecamatan Bontang Utara, diketahui mengalami keterlambatan dari target yang ditetapkan. Terlebih hingga awal Agustus 2017, pembangunan hunian empat lantai ini baru mencapai 12 persen lebih.

Hal tersebut terungkap saat inspeksi mendadak (sidak) DPRD Kota Bontang kel lokasi, Senin 7 Agustus 2017.
Jika mengacu pada tabulasi pekerjaan sebagai acuan kontraktor, seharusnya awal Agustus 2017 progress pengerjaan sudah mencapai 30,2 persen.

Dikatakan manager lapangan kontraktor pelaksana dari PT Nindia Karya, Rudi. Lambatnya progres pengerjaan rusunawa Guntung disebabkan kurangnya manpower (tenaga kerja), serta material yang terlambat datang karena diakibatkan cuaca buruk.

“Kalau hujan material nggak bisa masuk, makanya pengerjaan jadi terhambat,” ujar Rudi.

Sementara untuk kekurangan tenaga kerja pihaknya takata Rudi, tengah mengupayakan penambahan dengan mendatangkan sejumlah manpower baru untuk mendukung pembangunan Rusunawa.

“Tambahan manpower juga lagi kita datangkan, agar pembangunan bisa berjalan lebih cepat,” tandasnya.

Menanggapi ini, anggota komisi 3 Dprd Bontang Suhud Haryanto, meminta kontraktor segera mengejar ketertinggalan pembangunan, agar penyelesaian rusunawa tidak molor terlalu lama. Kontraktor pun diminta untuk membuat tabulasi manpower dan material, agar progres pengerjaan dapat terlampaui dan selesai sesuai target.

“Ini kami harapkan bisa menjadi perhatian kontraktor, agar mengejar ketertinggalan pembangunan dan penyelesaian bisa sesuai target,” ucapnya.

Baca Juga: Rusunawa Lamban, Kontraktor Sebut Tenaga Kerja Lokal Tak Produktif

Diketahui, rusunawa Guntung merupakan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan target penyelesaian pada 21 November 2017 mendatang.

Rusunawa ini dibangun setinggi empat lantai, dengan hunian tipe 21 sebanyak 90 unit. Diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). (*)

 

Laporan: Sary & Faisal