Bontang. Jika selama Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat, masyarakat akan lebih banyak berada dirumah, dan kemungkinan akan memberikan pundi-pundi pendapatan bagi pengemudi ojek online (daring).
Sebab, masyarakat akan lebih banyak melakukan pemesanan lewat online, lantaran mobilitas masyarakat terbatas. Maka, pemesanan menggunakan jasa ojek online (ojol) akan lebih sering digunakan.
Nyatanya tidak demikian. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, diakui pengemudi ojek online (ojol) telah merugikan mereka.
“Selama PPKM darurat, pemilik usaha rumah makan banyak yang memilih untuk tutup. Kalau pun ada yang buka tidak lama, waktunya sangat terbatas. Selain itu masyarakat Bontang juga cenderung lebih banyak dirumah. Ini yang menjadi faktor utama, kami sepi orderan,” ujar Ainul (49) ibu rumah tangga 3 anak yang di temui pada Selasa, (13/7/2021).
Ainul (49) mengakui, penghasilannya sangat menurun drastis sejak PPKM Darurat diberlakukan Pemerintah Kota.
“Sebelum penyekatan paling sedikit saya bisa dapat 10 orderan. Sekarang selama penyekatakan, saya hanya bisa dapat 4 hingga 6 orderan saja. Jumlah orderan itu saya dapatkan dari pagi hingga malam,” keluhnya.
Orderan yang menurun drastis ini, juga dialami suaminya, Sudirman (52) yang juga bekerja sebagai ojol.
Ainul (49) mengisahkan, sebelum PPKM darurat suaminya bisa membawa pulang uang sekitar Rp 200 ribu perhari. kini, hanya bisa membawa pulang uang sebanyak Rp 100 ribu. Uang yang diperoleh ini diakui masih pendapatan (kotor), belum termasuk uang untuk membeli bensin.
Olehnya, untuk kebutuhan hidup sehari-hari dirasa begitu memukul ekonomi pasangan ojol ini. Besar harapan Ainul (49), Pemerintah Kota bisa memberikan bantuan sosial kepada para pekerja ojol, khususnya di Kota Bontang.
Laporan: Aris