Masjid Tertua di Bontang Terima Hewan Kurban Presiden Prabowo

Bontang. Momen istimewa mewarnai perayaan Iduladha tahun ini di Kota Bontang. Untuk pertama kalinya, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyerahkan hewan kurban secara langsung ke seluruh daerah, termasuk ke Masjid Al-Wahhab di Bontang Kuala, yang dikenal sebagai salah satu masjid tertua di Kalimantan Timur.

Sapi kurban Presiden yang diserahkan memiliki berat sekitar 700 kilogram dan berasal dari peternak lokal Bontang. Ketua Takmir Masjid Al-Wahhab, Iwan Susanto, menyebut sapi tersebut merupakan jenis metal dengan nama “Malika”, hasil perawatan kelompok tani di kota ini. “Ini bentuk pemberdayaan UMKM dan peternak lokal yang luar biasa. Sapi ini bukan hanya besar, tapi juga jinak dan sehat, sudah diperiksa dokter hewan dari dinas,” ujar Iwan.

Masjid Al-Wahhab dipilih karena dinilai memenuhi kriteria sebagai masjid besar dan bersejarah.

“Kami merasa terhormat dipercaya untuk melaksanakan amanah besar ini. Ini bukan sembarang sapi, ini amanah dari Presiden Republik Indonesia,” pungkas Iwan dengan penuh haru.

Masjid Al-Wahhab tidak hanya menerima sapi dari Presiden. Tahun ini total delapan ekor sapi dan sepuluh kambing dikumpulkan dari berbagai pihak, termasuk PT Pupuk Kaltim, PT KNI, warga Bontang Kuala, dan kelompok kolektif masyarakat. Jumlah ini meningkat dibanding tahun lalu yang hanya tujuh sapi dan tujuh kambing.

Penyembelihan sapi dijadwalkan pada Sabtu pagi, 7 Juni 2025, pukul 06.30 WITA, dan dilakukan oleh panitia kurban yang terdiri dari 36 orang dari kalangan takmir dan masyarakat. Sebagian kambing akan disembelih pada Jumat, bertepatan dengan 10 hari pertama bulan Zulhijjah.

Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menyampaikan rasa terima kasih dan bangganya atas perhatian Presiden. “Ini bukan hanya bantuan biasa, ini sejarah. Baru kali ini Presiden memberikan langsung hewan kurban ke semua daerah. Dan Bontang terpilih, itu kehormatan besar bagi kami,” katanya.

Ia juga menyoroti dampak positif dari kebijakan ini terhadap ekonomi lokal. “Peternak dan penjual sapi kita juga merasakan manfaatnya. Rezekinya dibagi rata,” ujar Neni.