Pemkot dan DPRD Minta Porsi Khusus DAK Bagi Daerah Pengolah

Bontang. Pemerintah Kota bersama DPRD Bontang meminta Kementerian Keuangan untuk memberikan porsi khusus dalam Dana Alokasi Khusus (DAK) bagi daerah pengolah. Hal ini menyusul besarnya risiko yang diterima daerah pengolah migas, dari aktifitas kegiatan industri yang dilaksanakan.

Usulan ini dinilai layak diakomodir Kementerian Keuangan. Pasalnya, porsi khusus melalui DAK bagi daerah pengolah, akan menjadi patokan mengukur keadilan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah pengolah seperti Bontang.

“Makanya kami minta ini (jatah khusus) bisa diakomodir Kementerian Keuanga, mengingat tingginya risiko yang terjadi di daerah pengolah layaknya Bontang,” kata Walikota Neni Moerniaeni, saat mendatangi kantor Kementerian Keuangan di Jakarta minggu lalu.

Senada, ketua DPRD Nursalam pun mengatakan Kementerian Keuangan tidak perlu khawatir kebijakan bagi daerah pengolah akan menimbulkan kecemburuan dari daerah lainnya. Sebab daerah pengolah memiliki landasan kuat untuk meminta dana khusus kepada Pemerintah Pusat melalui Kementerian Keuangan.

“Jika nanti ada daerah lain bukan pengolah yang meminta porsi khusus seperti Bontang, kan jelas tidak bisa. Sebab Bontang ada landasannya sebagai daerah pengolah,” terang Nursalam.

Sementara Kepala Seksi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Danang, menyampaikan pihaknya akan berupaya mengakomodir usulan Kota Bontang, sebagai salah satu daerah pengolah di Indonesia.

Baca Juga: Terkait DAK, Ubayya Desak Pemkot Segera Surati Bappenas

Meski demikian, dirinya meminta agar usulan tersebut dapat disampaikan secara resmi, dengan bersurat ke Bappenas dan Kementerian Keuangan.

“Juga disertai kajian terkait daerah pengolah dan berbagai dampaknya,” ujarnya.

Risiko yang ditanggung daerah pengolah seperti Bontang terbilang cukup besar. Diantaranya risiko bencana industri, penurunan kualitas lingkungan, hingga risiko kesehatan. Bahkan akibat aktifitas kegiatan industri pengolah, angka penderita Autis di Bontang terbilang tinggi, hingga temuan penyakit ISPA yang menempati ranking teratas.(*)

 

Laporan: Sary