Bontang. Populasi dan karakter generasi milenial saat ini berperan penting bagi kemajuan berbagai industri, tidak terkecuali pertanian. Namun, sebagai industri yang memiliki peran vital bagi ketahanan pangan dan perekonomian nasional, industri pertanian hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 19,18% dari total 64,92 juta penduduk kelompok usia muda di Indonesia. Angka ini terbilang rendah dibanding dengan sektor manufaktur yang menyerap sebanyak 25% dan sektor jasa sebanyak 55,8%.
Di era industri 4.0 saat ini, peran generasi milenial pun memiliki potensi besar untuk turut mengembangkan sektor pertanian Indonesia. Hal tersebut setidaknya dapat dilihat dari fakta bahwa mayoritas generasi milenial saat ini merupakan usia produktif prima, dan tumbuh seiring dengan perkembangan internet sehingga lebih mudah mengadopsi penggunaan internet dan teknologi. Untuk itu, di tengah pertumbuhan dunia yang kian bergeser menuju digitalisasi, peran milenial menjadi sangat penting dalam membangun dan mendorong transformasi industri pertanian nasional.
PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), sebagai pelaku industri pupuk dan petrokimia yang turut jadi penopang sektor pertanian, turut melihat pentingnya upaya regenerasi talenta muda dalam sektor pertanian. Senior Excecutive Vice President (SEVP) Komersial PT Pupuk Kaltim, Meizar Effendi mengatakan, “Saat ini, terdapat dua hal yang jadi tantangan di industri pertanian modern, pertama adalah kurangnya partisipasi generasi muda dalam bidang pertanian, dan kedua dibutuhkannya digitalisasi sektor pertanian yang cenderung masih tradisional. Sebagai salah satu pelaku industri, PKT melihat bahwa kedua tantangan ini dapat dijawab melalui pelibatan peranan aktif para milenial di bidang pertanian. Di PKT sendiri juga sudah diterapkan, dimana sebanyak 70% karyawan kami merupakan talenta milenial dan beberapa bahkan diberi kesempatan untuk memegang posisi strategis. Harapannya, dengan diberikannya ruang untuk berinovasi, keberadaan generasi milenial dapat membawa perubahan yang positif.”
Upaya untuk mendorong peran milenial dalam sektor pertanian pun juga menjadi perhatian khusus bagi pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan). Salah satunya melalui pelibatan generasi milenial dalam pembangunan sektor pertanian yang telah menjadi bagian dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian (Renstra Kementan) 2020‒2024. Sebagai salah satu turunan dari rencana tersebut, Kementan juga telah mengadakan program bootcamp bertajuk Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS). Bersama pelaku industri seperti PKT, program bootcamp tersebut diadakan guna mencetak pengusaha tani muda di seluruh Indonesia sebagai upaya regenerasi serta meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor pertanian.
Lebih lanjut, sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi besar untuk memajukan sektor pertanian yang didukung peranan aktif generasi milenial. Setidaknya, terdapat 3 aspek yang akan sangat terbantu oleh peran generasi milenial dalam industri pertanian modern :
1. Pengembangan teknologi pertanian presisi
Sebagai generasi yang melek teknologi, generasi milenial dapat turut serta dalam upaya-upaya pengembangan sistem pertanian presisi berbasis teknologi. Di saat tantangan industri pertanian atas kebutuhan pangan yang terus meningkat namun terbatas luas lahan dan sumber daya, pertanian presisi sangat dibutuhkan untuk menjamin akurasi, presisi, keaslian, dan transparansi dalam menghitung permintaan dan pasokan secara optimal. Salah satu contoh dari program pertanian presisi yang dimiliki PKT antara lain adalah sistem PreciPalm (Precision Agriculture
Platform for Oil Palm) sistem berbasis satelit yang dikembangkan bersama dengan tim ilmuwan Indonesia dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan produktivitas hasil pertanian kelapa sawit secara sustainable dalam jangka panjang.
2. Pengembangan teknologi pada mata rantai pertanian
Pertanian tidak selalu identik dengan kegiatan di ladang. Keengganan generasi milenial untuk berperan serta pada kegiatan tani langsung di ladang dapat diatasi dengan memberikan mereka peranan terhadap pengembangan sisi hulu dan hilir pertanian, seperti pengembangan proses penjualan atau memasok produk pangan pertanian melalui e-commerce. Dengan akses terhadap teknologi informasi, generasi milenial memiliki potensi untuk membangun jejaring serta menghubungkan pemasok-petani-pelanggan secara digital, seperti dengan penggunaan platform
e-commerce.
3. Pengembangan Pengelolaan Ekonomi Desa Pertanian
Memiliki pendidikan dan keterampilan dalam memahami teknologi informasi, generasi milenial yang memilih untuk tinggal di pedesaan juga dapat berperan serta dalam pengembangan dan manajemen kelembagaan ekonomi petani perdesaan berbasis korporasi, baik itu berbentuk perseroan terbatas, Commanditaire Vennootschap (CV), ataupun koperasi. Di bawah naungan korporasi tingkat desa ini, nantinya petani atau kelompok tani dapat mengakses pengembangan pembiayaan pertanian, penyediaan sarana produksi, penyediaan alat dan mesin pertanian, juga
pengembangan bisnis yang lebih menguntungkan para petani.
Potensi-potensi ini tidak cukup jika hanya dikembangkan oleh industri pertanian saja, dukungan dari industri penyokong pertanian seperti pupuk dan petrokimia, turut menjadi poin penting untuk terus mengembangkan usaha para pengusaha tani milenial tersebut. Untuk itu, PKT secara aktif turut mendorong dan memfasilitasi talenta muda di bidang pertanian untuk berinovasi, berkarir dan berkarya. Salah satunya, melalui rangkaian program pembinaan petani muda yang telah dicanangkan perusahaan seperti program PKT menyapa Petani dan program Makmur; yang mengutamakan kolaborasi kemitraan antara berbagai pihak, seperti petani, instansi keuangan, instansi pemerintahan, hingga korporasi untuk membentuk ekosistem kondusif bagi petani.
“Keberadaan talenta-talenta muda milenial dalam sektor pertanian patut terus didukung, dibina dan difasilitasi, demi menciptakan industri pertanian yang lebih maju dan modern. Tentu dalam prosesnya akan terdapat berbagai tantangan, namun untuk mengatasinya, diperlukan kolaborasi yang baik dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pelaku industri, dan talenta muda itu sendiri, guna memaksimalkan potensi dari talenta yang tersedia dan menjaga ketahanan pangan di indonesia,” tutup Meizar.