Tenggarong. besar dalam budidaya sayur sawi selama musim hujan. Banyak tanaman yang mati dan pertumbuhannya pun tidak optimal, sehingga produksi menurun drastis.
Salah satu petani sawi di Desa Sumber Sari, Sutarno, mengungkapkan bahwa hasil panen sawi selama musim hujan turun hingga 50 persen dibandingkan dengan musim normal. Jika di luar musim hujan ia bisa menghasilkan 8 hingga 10 ribu ikat sawi dari lahan satu hektar, maka pada musim hujan seperti saat ini hanya mampu menghasilkan sekitar 5 ribu ikat saja.
Meski harga jual sawi tergolong cukup tinggi, hasil panen yang menurun tetap menjadi kendala utama bagi petani. Saat ini, Sutarno hanya menggarap seperempat hektar lahan untuk menanam sawi, sementara sebagian lahan lainnya masih dalam tahap pengolahan pasca panen.
Dalam hal pemasaran, hasil panen sawi dari lahan milik Sutarno biasanya dijual ke daerah Samarinda, Loa Janan, dan Tenggarong. Jika hasil panen melimpah, sawi tersebut juga dikirim hingga ke Bontang dan Balikpapan. Namun, akibat penurunan produksi, saat ini pemasaran lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan lokal saja.
Sutarno menyebut bahwa kendala utama dalam budidaya sawi adalah kondisi cuaca yang semakin tidak menentu setiap tahunnya. Selain itu, serangan hama yang menyerang daun sawi juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil panen.
“Musim tanam sawi hingga panen biasanya memakan waktu sekitar 20 sampai 23 hari jika cuaca normal, tetapi dalam beberapa kondisi bisa lebih cepat, sekitar 18 hari,” jelas Sutarno.
Para petani berharap adanya solusi yang dapat membantu mereka menghadapi tantangan budidaya sawi di musim hujan, agar produksi tetap stabil dan dapat memenuhi permintaan pasar dengan baik.