Tenggarong. Puluhan guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mengikuti Workshop Penyusunan Modul Pembelajaran Bahasa Daerah, yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar selama dua hari di salah satu hotel di Kota Tenggarong.
Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari para peserta. Tujuannya adalah membekali para guru dengan keterampilan menyusun modul pembelajaran Bahasa Kutai, yang nantinya akan digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Selain fokus pada penyusunan modul, peserta juga mendapat pemahaman tentang keberagaman dialek Bahasa Kutai yang berbeda di tiap kecamatan, seperti di Sebulu, Kota Bangun, Muara Muntai, dan Muara Kaman. Perbedaan ini menjadi perhatian khusus agar materi ajar yang disusun bisa lebih relevan dan mudah dipahami oleh siswa di masing-masing daerah.
Workshop ini menargetkan penyelesaian 75 persen draft modul selama pelatihan berlangsung. Sisanya akan disempurnakan oleh tim ahli dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur, yang turut hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut.
Salah satu peserta, Eni Fajriyani, guru SMP Negeri 1 Samboja, mengapresiasi kegiatan ini. Ia menyebut, pembelajaran Bahasa Kutai sebaiknya tidak hanya berfokus pada aspek lisan dan tulisan, tetapi juga mengenalkan budaya lokal secara menyeluruh, seperti tradisi, lagu daerah, permainan tradisional, hingga potensi wisata yang ada di Kutai Kartanegara.
Senada dengan itu, Sisna Sari, guru SMP Negeri 7 Muara Kaman, menilai kegiatan ini sangat penting untuk terus dilanjutkan. Ia menyayangkan menurunnya penggunaan bahasa ibu di kalangan generasi muda.
“Banyak siswa yang sebenarnya berasal dari etnis Kutai, tapi tidak memahami bahasa daerahnya sendiri karena lebih terbiasa menggunakan bahasa gaul,” ujarnya.
Menurutnya, workshop ini menjadi langkah strategis untuk mengintegrasikan pelestarian bahasa dan budaya lokal ke dalam kurikulum pendidikan. Dengan modul yang tepat dan kontekstual, generasi muda Kukar diharapkan tumbuh dengan identitas budaya yang kuat dan rasa bangga terhadap bahasa daerahnya sendiri.
Lebih jauh, para peserta didik juga diharapkan dapat menguasai Bahasa Kutai lintas rumpun, tidak terbatas hanya pada dialek daerah asalnya.



