Bontang. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), pelopor transformasi hijau industri petrokimia Tanah Air, pada hari ini meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Bontang, Kalimantan Timur (18/08). Inisiatif ini menjadi salah satu wujud komitmen PKT dalam mencapai target pengurangan emisi karbon hingga 32,50% pada 2030.
PLTS yang sudah mulai dibangun sejak Mei 2021, merupakan wujud komitmen PKT dalam penerapan Environment, Social, and Governance (ESG), yang juga tertuang dalam roadmap pertumbuhan kedua perusahaan 40 tahun kedepan. Upaya PKT mewujudkan transformasi hijau, dengan salah satu strategi menambah komposisi bauran energi listrik dari energi baru terbarukan (EBT), diharapkan mampu mendukung komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission di 2060. Sebelumnya, PKT telah mengganti sepeda motor operasional dengan motor listrik dan kedepannya akan mencakup bis dan kendaraan lainnya.
Direktur Utama PKT, Rahmad Pribadi mengatakan, pengembangan konsep ESG dengan mempertimbangkan output yang memberikan banyak manfaat bagi lingkungan menjadi strategi kami dalam mempercepat laju dekarbonisasi industri petrokimia dan pupuk.
“PLTS Atap ini merupakan salah satu bagian dari ekosistem EBT di lingkungan PKT yang mana mampu menghasilkan energi bersih dan menekan emisi gas karbon secara optimal. Kemampuan PLTS Atap ini akan dapat menghemat 20% sampai 30% kebutuhan energi PKT di area perkantoran,” ucapnya.
PLTS Atap dengan total luas sekitar 6.500 M2 tersebut memanfaatkan area-area yang sudah ada, seperti diatas gedung kantor, kantin, dan area parkir di kompleks perkantoran PKT di Bontang. Memiliki kapasitas terpasang sebesar 1.256,04 Kilowatt Peak (kWp) dengan spesifikasi output memiliki tegangan 3 phase 400 Volt, sistem ini terpasang dengan menggunakan skema rooftop on grid tanpa baterai atau tersambung jaringan listrik PKT dengan total modul sebanyak 2.326 unit.
Sistem on grid ini dapat mengirim kelebihan daya yang dihasilkan apabila PLTS mengalami kelebihan suplai ke jaringan secara otomatis. Sehingga, surplus daya tersebut nantinya dapat digunakan jika dibutuhkan. Sistem ini menghasilkan energi yang ramah lingkungan dan bebas emisi.
Dengan adanya pemasangan PLTS Atap di area perkantoran, mampu mengurangi konsumsi listrik dari perusahaan dengan rata-rata sekitar 139.000 KWh per bulan. Sebagai perbandingan, konsumsi listrik di kawasan perkantoran PKT sendiri sebelumnya rata-rata mencapai di atas 150.000 kilowatt hour (KWh) per bulan. Sejak bulan Januari hingga Agustus 2022, produksi PLTS Atap PKT telah mencapai total 980,71 megawatt jam (MWH), dengan potensi produksi energi perhari dapat mencapai sebesar 3,21 MWH dengan kondisi matahari penuh.
Selain itu, jumlah produksi energi tersebut mampu menekan buangan gas limbah (CO2 Avoided) mencapai total 468,26 ton, atau setara penggunaan batubara (Standard Coal Saved) yang tadinya digunakan pada pembangkit listrik konvensional hingga sebesar 394,34 ton.
“Dengan adanya peresmian pendayagunaan PLTS Atap di lingkungan perkantoran ini, diharapkan dapat menjadi faktor pendukung bagi perusahaan dalam mencapai target penurunan emisi karbon secara berkelanjutan. Ke depannya, PKT akan terus fokus dalam menghadirkan strategi dan terobosan terbaik guna menjadi pionir dalam transformasi industri petrokimia yang lebih hijau, juga untuk meningkatkan efisiensi energi secara menyeluruh. Dan yang paling penting, PKT juga akan terus mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli kepada lingkungan.” tutup Rahmad.(*)