Bontang. Banjir di Desa Santan Tengah Kecamatan Marangkayu Kutai Kartanegara telah terjadi sejak Jumat 31 Maret 2017 lalu, menjadi banjir terbesar dalam 20 tahun terakhir diwilayah tersebut. Diakui Kepala Desa Nasrullah, akibat banjir yang terjadi, para petani diwilayahnya harus gagal panen akibat lahan yang terendam genangan air.
Bahkan delapan sekolah terpaksa diliburkan, akibat terdampak banjir yang begitu tinggi hingga menggenang kedalam kelas. Delapan sekolah tersebut terdiri dari tiga Sekolah Dasar (SD), dua Madrasah, dua MTS (SLTP) serta satu Madrasah Aliyah.
“Meski yang lainnya diliburkan, tapi anak-anak di kelas 3 Madrasah Aliyah tetap masuk, untuk persiapan ujian nasional,” ujarnya.
Selain sekolah, poliklinik desa kata Nasrullah juga terpaksa tutup karena ikut tergenang air. Ia pun belum bisa memastikan hingga kapan sekolah dan poliklinik ini diliburkan, mengingat air yang belum juga surut hingga kini.
“Semoga aja cepat surut, dan pelayanan publik seperti sekolah dan poliklinik ini bisa kembali beroperasi,” harapnya.
Akibat banjir ini, sekitar 2000 lebih warga Desa Santan Tengah terkena dampak sejak Jumat lalu, dan 20 rumah terendam. Banjir diduga karena kerusakan lingkungan akibat aktifitas pertambangan yang berada disekitar kawasan masyarakat.
“Kami menduga penyebab banjir ini akibat kerusakan lingkungan setelah ada aktifitas pertambangan di Santan Ulu, karena 33 tahun saya disini (Santan Tengah) ini merupakan banjir terparah dibandingkan sebelumnya. Semoga pemerintah dapat segera turun membantu kami disini,” ungkap Sairuddin, salah satu warga sekitar. (*)
Laporan: Yulianti Basri