Program Rehabilitasi Lapas Narkotika Samarinda Termasuk yang Terbaik di Indonesia

Samarinda. Lapas Narkotika kelas IIA Kota Samarinda resmi menutup program rehabilitasi sosial yang telah digelar selama 6 bulan terhitung sejak bulan februari lalu. Acara penutupan yang digelar pada Rabu (30/08/2023) ini juga turut dihadiri oleh Direktur Kesehatan dan Perawatan Rehabilitasi Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI Elly Yuzar, Wakil Ketua DPRD Kota Samarinda Subandi, Kepala BNN Kota Samarinda Wiwin Firta, Ketua Yayasan Sekata Rabin Subhanata, Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda Ismid Kusasih, serta segenap jajaran dan instansi terkait lainnya.

Total ada sebanyak 180 warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang mengikuti program ini. Keseluruh 180 WBP tersebut setelah menjalani masa program rehabnya selama 6 bulan, selanjutnya mereka dikukuhkan sebagai duta rehabilitasi, dengan harapan dapat menyebarkan ilmu yang didapat serta pengaruh positif kepada warga binaan pemasyarakatan yang lainnya.

Hebatnya, dari sebanyak 108 program rehabilitasi yang digelar di seluruh lapas di indonesia, Lapas Narkotika Kelas IIA Samarinda sendiri termasuk kedalam 15 besar yang terbaik dalam penyelenggaraan program ini yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Direktur Kesehatan dan Perawatan Rehabilitasi Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI Elly Yuzar menyebut setelah ini lapas narkotika kelas IIA Samarinda akan dijadikan percontohan untuk instansi lainnya dalam pelaksana program rehabilitasi selanjutnya sebagai salah satu diantara yang terbaik.

“Setelah kita perhatikan dan evaluasi dari 108 lapas di seluruh indonesia, kita jadikan 15 lapas percontohan dengan penyelenggaraan rehab yang terbaik, dan diantaranya kita putusan lapas narkotika kota samarinda,” ujarnya.

Dirinya juga mengapresiasi Hidayat, selaku kepala lapas narkotika kelas IIA samarinda, karena telah berhasil menunjukan kinerja yang gemilang dalam membangun lapas narkotika kelas IIA samarinda.

“Kenapa kami pilih tentu ini dilihat dari kinerja kalapasnya, diantaranya membangun stakeholder yang ada baik pemerintah, LSM, hingga media,” lanjutnya.

Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Samarinda Hidayat berharap 180 WBP yang telah dikukuhkan menjadi duta rehabilitasi itu dapat menyebarkan pengaruh positif diantara WBP lainnya. Karena menurutnya rehabilitasi tidaklah berhenti, namun berlanjut dengan melibatkan pengaruh orang disekitar.

“Harapannya mereka bisa membawa aura positif ke teman teman yang lain, jadi rehabilitasi itu tidak berhenti sampe disini, tapi terus menerus,” ujar Hidayat.

Diantara program sosial yang diterapkan salah satunya adalah program religius yakni mencetak guru ngaji. Dengan harapan selain ilmu yang didapat bisa bermanfaat tidak hanya untuk diri pribadi, namun juga bisa disebar ke warga binaan pemasyarakatan lainnya.

“Semoga dari sini bisa mencetak guru mengaji, harapannya mereka nanti bisa mengajarkan atau transfer knowledge, dari yang tadinya gak bisa mengaji sekarang jadi bisa mengaji,” tutupnya.

Pencapaian ini juga tidak lepas dengan Yayasan Sekata sebagai pelaksana kegiatan rehabilitasi. Dalam prakteknya, yayasan sekata menerapkan 2 jenis terapi komunitas dan individu yang mencakupi terapi kelompok, terapi edukasi, konseling, hingga family support group. Ketua Yayasan Sekata Rabin Subhanata menjelaskan Setiap harinya WBP yang menjalani kegiatan program mulai dari pagi hari hingga sore hari. Dalam jendela waktu tersebut penerapan terapi berbasis kelompok hingga individu pun diterapkan.

“kita buat programnya sedemikian rupa dengan menyesuaikan situasi dan kondisi di lapas, jadi terapi terapinya itu setiap harinya ada kegiatan dari pagi sampe sore, setiap paginya ada terapi kelompoknya, ada terapi edukasinya, seminar pencegahan dan penyalahan gunaan kembali, terapinya ada kelompok dan individu, individunya ada konseling yang diberikan oleh pembimbing pembimbing yang ditugaskan disini,” jelas Rhabin.

Rabin Subhanata juga menjelaskan rencananya agar seluruh duta rehabilitasi yang telah dikukuhkan nantinya dapat dibina sebagai peer educator untuk melanjutkan dan menyebarkan trend positif yang telah dicapai. Dengan harapan jika suatu saat program rehabilitasi terhenti karena hal teknis, rehabilitasi akan terus berjalan dengan melalui lingkup sistem sosial dari para duta rehabilitasi itu sendiri.

“duta rehabilitasi yang sudah dikukuhkan itu rencana kami di yayasan sekata mereka akan kami bina menjadi peer educator ataupun sebayanya atau rekan sebaya yang memberikan edukasi jadi kalo misalnya program ini tidak lagi diberikan anggaran oleh negara maka program ini akan terus berjalan yang menjalankan itu warga binaan itu sendiri, jadi kami gak mau ini terputus cuman karena masalah sederhana,” lanjutnya.

Yayasan sekata sendiri sudah 10 tahun berdiri, memiliki beragam program rehabilitasi mulai dari program pencegahan, hingga program after care paska rehabilitasi. Kegiatan juga turut diramaikan dengan penampilan kreasi dari para warga binaan pemasyarakatan yang unjuk kebolehan menampilkan aksi teatrikalnya. adapun juga pemberian penghargaan kepada pihak terkait sebagai bentuk apresiasi atas suksesnya program rehabilitasi tersebut.

Writer: Axl Ardiansyah