Bontang. Penerapan sekolah inklusi di dua Sekolah Dasar (SD) Kota Bontang, yakni SDN 003 Bontang Utara dan SDN 010 Bontang Selatan, sebagai pilot project masih berjalan apa adanya.
Meski diberlakukan sejak 2012 lalu, dua sekolah ini diketahui masih kekurangan tenaga pendidik khusus siswa berkebutuhan khusus (ABK), yang menempuh pendidikan di dua sekolah negeri tersebut.
Walau telah dilengkapi sarana dan prasarana berupa gedung dan ruang belajar khusus, kekurangan tenaga pendidik di SDN 003 Bontang Utara tak terelakkan. Dari 17 siswa ABK dengan rata-rata slow lowner dan tuna grahita, hanya dipandu satu guru khusus.
“Padahal idealnya, satu murid satu guru pendamping,” kata Rasi Widi Antari, tenaga pendidik inklusi SDN 003.
Akibat kekurangan tenaga pendidik, SDN 003 Bontang Utara terpaksa tidak bisa menerima murid ABK pada tahun ini.
“Hal ini yang menjadi kendala kami, antusiasme dan minat masyarakat untuk sekolah inklusi sangat tinggi, sementara tenaga pendidik kurang dan fasilitas pun masih terbatas,” timpal Ahmad Basuki, Kepala Sekolah SDN 003 Bontang Utara.
Kondisi serupa pun turut dialami SDN 010 Bontang Selatan, dengan 28 ABK yang menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Bahkan sarana dan prasarana pun sangat minim, terutama belum adanya gedung belajar bagi pendidikan inklusi.
Sehingga pihak sekolah terpaksa memanfaatkan gudang yang disekat menjadi beberapa ruangan, untuk kemudian digunakan sebagai ruang khusus ABK. Begitu juga untuk tenaga pendidik, dari 12 kelas hanya ada dua guru inklusi. Dan satu guru itu pun turut beralih menjadi guru di kelas umum.
“Kami harap ada perhatian dari Pemerintah Kota, untuk segera memberikan bantuan guru pendamping bagi anak berkebutuhan khusus. Termasuk pembangunan gedung sarana dan prasarana demi kelancaran penerapan sekolah inklusi,” harap Salehuddin, Kepala Sekolah SDN 010 Bontang Selatan.
Untuk diketahui, selain SDN 003 Bontang Utara dan SDN 010 Bontang Selatan, penerapan sekolah inklusi juga mulai dilakukan SMP Negeri 2 Bontang.(*)
Laporan: Yuli | Nasrul