Samarinda. Dua sastrawan dari Kalimantan Timur, Syafruddin Pernyata dan Sunaryo Broto, meraih penghargaan sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi. Keduanya meraih penghargaan sebagai sastrawan yang telah berkiprah selama 40 tahun.
Syafruddin Pernyata
Lahir di Loa Tebu, Tenggarong pada tanggal 28 Agustus 1958, Syafruddin Penyata tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur. Mulai berkegiatan menulis sejak tahun 1975, sebagai pemimpin redaksi di sekolahnya. Lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada FKIP Universitas Mulawarman dan Pascasarjana Bandung ini mempunyai nama samaran yaitu Fitri dan Espe, yang sering digunakan dalam karya-karyanya. “Cinta Pertama” merupakan cerpen pertama yang dimuat di media cetak, yaitu di Majalah Detektif dan Romantika. Selanjutnya, antara tahun 1978 sampai dengan 1992, karya-karya sastranya dimuat di berbagai media massa, seperti Anita Cemerlang, Aneka, Gadis, dan Kaltim Post, dan sebagainya. Karya sastra Syafruddin Pernyata berupa cerpen, puisi, dan novel. Puisinya yang berjudul “Menggapai Bintang-Bintang di Langit” sebagai pemenang pertama lomba menulis puisi dalam rangka Hari Pahlawan (1977). Cerpen “Surat Juang untuk Yeni” meraih Pemenang I dalam lomba menulis cerpen dalam rangka peringatan Hari Pahlawan (1988).
Perjalanan kariernya sebagai birokrat tidak menyurutkan langkahnya sebagai seorang sastrawan. Karya-karyanya diterbitkan dalam antologi Merobek Sepi (Dewan Kesenian Samarinda) dan Secuil Bulan di Atas Mahakam (Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Timur). Karya tunggalnya dalam bentuk buku, antara lain Harga Diri (kumpulan cerpen), Aku Mencintaimu Shanyuan (novel), Zulaiha (novel), Awan (novel), Lelaki Kampong Air (novel), Aku Bulan Kamu Senja (novel), Ratih Tanpa Samartphone (novel), Digdaya (novel), Summa Cumlaude (kumpulan cerpen). Karya puisi dan cerpennya dimuat dalam buku Ensiklopedia Sastra Kaltim, Kalimantan dalam Prosa Indonesia, Kalimantan dalam Puisi Indonesia, Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia, dan Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia. Kedua buku tersebut dieditori oleh Korrie Layun Rampan. Kini, selain sebagai sastrawan, Syafruddin Pernyata aktif dalam gerakan literasi di berbagai organisasi di Kalimantan Timur, serta menjadi anggota/peserta Mufakat Budayawan Indonesia yang dipimpin Rhadar Panca Dahana.

Sunaryo Broto
Sunaryo Broto, lahir di Karanganyar, Solo, 7 April 1965. Lulusan Teknik Kimia di UGM dan Program Magister Manajemen di Universitas Mulawarman yang saat ini berdomisili di Bontang, Kalimantan Timur. Sejak mahasiswa sudah aktif di dunia kepenulisan, di antaranya menjadi pengurus majalah mahasiswa UGM, Balairung sertamendirikan majalah mahasiswa Teknik Kimia UGM, Entropi. Perjalanan kariernya di sebuah perusahaan, tidak menyurutkannya untuk menulis karya sastra.
Sunaryo Broto pernah mendapat penghargaan sebagai Juara II dalam Lomba Penulisan Autobiografi Pelaku Sastra di Kalimantan Timur dan Kalimantan Timur. Karya-karya sastranya, antara lain Tentang Waktu (kumpulan puisi), Pertemuan di Kebun Raya (kumpulan cerpen), Keringat Lelaki Tua (kumpulan cerpen), Perjumpaan di Candi Prambanan, (kumpulan cerpen), Puisi dan Pandemi (kumpulan puisi), Cerita Cinta di Chengdu (novel) 2021 dan terbit lagi tahun 2022. Karya puisi dan cerpennya dimuat dalam buku Ensiklopedia Sastra Kaltim, Kalimantan dalam Prosa Indonesia, Kalimantan dalam Puisi Indonesia, Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia dan Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia. Kedua buku tersebut dieditori oleh Korrie Layun Rampan. Bukunya Perjumpaan di Candi Prambanan (kumpulan cerpen) mendapat penghargaan Prosa Unggulan tahun 2021 dari Kantor Bahasa Provinsi Kaltim. Sunaryo Broto aktif pula pada bidang literasi di Bontang, Kalimantan Timur. Beberapa artikel, cerpen, dan puisinya pernah dimuat di media massa, seperti Suara Kaltim, Republika, dan Kaltim Post, Bontang Post, danTribun Kaltim.

*Sebagian tulisan diambil dari buku Biografi Pengarang Kaltim, 2009
SUMBER: https://kantorbahasakaltim.kemdikbud.go.id