Disdikbud Kukar Gelar Festival Museum Kayu Tuah Himba 2025, Upaya Revitalisasi dan Penguatan Identitas Budaya

Tenggarong. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara menggelar Festival Museum Kayu Tuah Himba 2025, sebuah langkah strategis untuk menghidupkan kembali museum daerah sekaligus memperkenalkan seni, budaya, dan nilai sejarah Kutai Kartanegara kepada masyarakat. Festival ini berlangsung selama tiga hari dan menjadi salah satu program unggulan dalam upaya pelestarian budaya.

Festival tersebut digagas sebagai respons atas menurunnya jumlah pengunjung Museum Kayu Tuah Himba selama beberapa tahun terakhir. Dari yang sebelumnya mampu menarik hingga 40 pengunjung per hari, kini museum hanya didatangi tiga hingga empat orang saja. Kondisi ini mendorong Disdikbud Kukar untuk melakukan terobosan melalui rangkaian kegiatan yang lebih kreatif dan melibatkan generasi muda.

Selama festival berlangsung, para pelajar SMK turut berperan dengan menampilkan berbagai karya seni dan keterampilan, mulai dari kriya, membatik, hingga melukis. Keterlibatan pelajar tidak hanya menjadi ruang ekspresi, tetapi juga bagian dari proses pembelajaran yang berkaitan langsung dengan seni dan keterampilan tradisional.

Kabid Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, menegaskan bahwa pelibatan generasi muda merupakan strategi penting untuk menghidupkan kembali museum sebagai pusat aktivitas budaya. Ia menegaskan bahwa penyelenggaraan festival ini merupakan bagian dari tanggung jawab mempertahankan sepuluh objek pelestarian budaya yang berada di bawah naungan Disdikbud Kutai Kartanegara. Festival ini tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kembali minat kunjungan, tetapi juga untuk memperkuat identitas budaya daerah.

“Dengan pendekatan yang lebih kreatif dan melibatkan generasi muda, kami berharap Museum Kayu kembali menjadi pusat aktivitas budaya yang hidup, relevan, dan menarik bagi masyarakat luas,” ujarnya.

Melalui Festival Museum Kayu Tuah Himba 2025, Disdikbud Kukar berharap momentum kebangkitan museum daerah dapat terwujud, sekaligus membuka ruang lebih luas bagi masyarakat untuk mengenal, memahami, dan melestarikan budaya Kutai Kartanegara.

Writer: Fairuzz Abady
Exit mobile version