Bontang. Kembangkan peluang usaha dengan memaksimalkan potensi secara kreatif, Pupuk Kaltim bekali 30 UMKM Binaan di Kota Bontang keterampilan batik Eco Print, sebagai bentuk nilai tambah dan perluasan sektor usaha binaan dengan lebih inovatif. Pelatihan menggandeng Rizky Batik, yang merupakan pelaku usaha batik lokal Bontang dan berpengalaman di bidang eco print.
VP TJSL Pupuk Kaltim Sugeng Suedi, mengungkapkan pelatihan ini sebagai peluang bagi UMKM binaan dalam menciptakan produk ramah lingkungan dengan nilai seni tinggi, mengingat eco print sebagai teknik pembuatan batik inovatif, dapat memberikan kesempatan pelaku usaha menciptakan produk yang unik dan menarik bagi konsumen. Apalagi batik jenis ini belum banyak disasar pelaku usaha di Kota Bontang, sehingga peluang pengembangannya pun masih terbilang besar.
“Batik jenis ini memiliki keunikan tersendiri, dan pasarnya tidak hanya lokal tapi juga menjangkau secara nasional dan internasional. Ini sasaran yang kami dorong bisa terealisasi dengan baik,” ucap Sugeng, Kamis (26/9/2024).
Lebih lanjut dijelaskan Sugeng, kreativitas dan inovasi menjadi aspek vital dalam pemberdayaan UMKM di tengah persaingan global. Hal ini pun menjadi perhatian Pupuk Kaltim dengan terus meningkatkan kapasitas pembinaan, agar UMKM Bontang mampu memaksimalkan potensi untuk mendorong daya saing. Salah satunya di sektor batik, sebagai produk ekonomi kreatif yang memiliki nilai tinggi dan pasar yang terbilang sangat besar di Indonesia.
Dimana batik eco print menggunakan bahan alami seperti daun, bunga dan ranting yang dimanfaatkan sebagai cetakan atau motif pada kain, sehingga produk ini tidak hanya menjadikan batik lebih unik dan eksklusif, tetapi juga mendukung pelestarian lingkungan melalui pemanfaatan sumber daya berkelanjutan. Langkah ini pun sejalan dengan semangat sustainability yang menjadi fokus Pupuk Kaltim, agar perkembangan ekonomi harus selaras dengan pelestarian lingkungan.
“Terlebih Bontang memiliki potensi besar menjadi pusat produksi batik eco print, melalui pemanfaatan bahan yang mudah diperoleh dari alam sekitar,” lanjut Sugeng.
Melalui pemanfaatan bahan dari alam sekitar, pelaku usaha ditarget mampu menciptakan berbagai motif yang tidak hanya indah, tetapi juga mencerminkan kekayaan lokal dan keunikan alam Bontang. Maka dari itu, penguatan kapasitas melalui pengetahuan dan keterampilan teknis dilakukan bagi pelaku usaha, agar kedepan bisa menciptakan produk eco print yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.
“Pelatihan ini juga menekankan bagaimana kita memanfaatkan potensi lokal secara optimal, sehingga produk yang dihasilkan benar-benar mencerminkan identitas budaya dan kekayaan alam yang khas dari Kota Bontang,” terang Sugeng.
Dirinya pun berharap para peserta bisa mengimplementasikan seluruh ilmu yang didapat selama tiga hari pelatihan, melalui pembuatan batik dengan berbagai motif unik sesuai kreativitas masing-masing. Mengingat daya kreatif merupakan salah satu kunci penting dalam perkembangan industri ekonomi kreatif, sehingga pelatihan ini menjadi titik awal bagi pelaku batik lokal dalam berinovasi, serta mengembangkan produk yang memiliki daya saing di pasaran.
“Penguatan kapasitas UMKM seperti ini akan terus disasar Pupuk Kaltim untuk memaksimalkan peuang bagi pelaku usaha agar semakin tumbuh dan berkembang,” tambah Sugeng.
Salah satu peserta pelatihan Rahmiati Rais, mengaku bersyukur dengan adanya pelatihan ini untuk meningkatkan kapasitas diri guna membuka peluang usaha mandiri. Dirinya menyebut pelatihan ini tidak hanya menambah pengetahuan dan keterampilan, tapi juga membuka wawasan baru terkait potensi sekitar, terutama dalam pemanfaatan bahan alami untuk menghasilkan karya bernilai ekonomi.
“Awalnya sangat asing dengan teknik eco print, tapi selama pelatihan kami menjadi paham kalau bahannya alami. Ini jadi bekal sangat berharga untuk peluang usaha kedepan,” ucap dia.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Dispoparekraf) Kota Bontang Rafidah, menyambut positif gagasan pengembangan potensi batik lokal melalui teknik eco print, dan menilai hal ini bisa menjadi peluang bagi pelaku usaha dalam menghasilkan produk batik yang lebih inovatif. Melalui pendampingan dan pelatihan yang diberikan, dirinya berharap pelaku usaha kecil di Kota Bontang dapat semakin kreatif dalam menciptakan produk baru yang bernilai ekonomi tinggi, pun dengan target pasar yang terbilang jelas.
“Peluang ini kami harap bisa digarap maksimal pelaku usaha, sehingga pengembangan batik lokal pun semakin variatif dengan keunikan masing-masing,” kata Rafidah.
Dirinya menilai langkah ini sejalan dengan upaya Pemkot Bontang dalam pengembangan ekonomi kreatif untuk mendorong kemandirian masyarakat, sekaligus mendukung sektor pariwisata yang saat ini terus digencarkan Pemerintah sebagai keunggulan daerah. Terlebih dengan ditetapkannya IKN, maka Bontang pun menyasar berbagai upaya strategis untuk meningkatkan daya saing, salah satunya penguatan kapasitas UMKM untuk memaksimalkan peluang yang ada.
Pengembangan batik eco print dinilai bisa menjadi jalan menuju hal tersebut, mengingat konsep eco-friendly saat ini semakin penting, terutama dalam industri kreatif yang melibatkan proses produksi dengan bahan baku alami. Dengan demikian, pelaku UMKM tidak hanya berkreasi menghasilkan produk unik dan berkualitas, namun juga berkontribusi terhadap pelestarian kearifan lokal melalui sektor usaha yang lebih ramah lingkungan.
“Pemkot Bontang sangat berkomitmen mengembangkan ekonomi kreatif sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonomi daerah. Melalui pelatihan dan pemberdayaan seperti Pupuk Kaltim, kami optimis sektor ini akan semakin tumbuh dan berkontribusi besar bagi pembangunan Bontang ke depan,” tutup Rafidah.(*)