Sumaryono : Berkah Ayam nan ‘Barokah’

Bersama istri dan seorang anak, Sumaryono menjalani hidup di Kota Taman dengan usaha potong ayam. Setelah mengganti uang ke perusahaan tempatnya bekerja dari bantuan orang tua, Sumaryono meniti kehidupan baru di Kota Bontang sebagai tukang potong ayam di Pasar Telihan.

Jumlahnya 20-30 ekor setiap hari. Ketika ayam potong tak habis di siang hari, sore harinya Sumaryono menjual ayam potong itu dari rumah ke rumah dalam bentuk ayam bakar.

Dari usaha ini pula, Sumaryono meniatkan diri untuk membayar utang-utangnya hingga membahagiakan orang tua. “Tiap tahun, saya pulang untuk membahagiakan orang tua.

Saya selalu memberikan apapun keinginan orang tua.” Sejak 2004, omset penjualan ayam potong terus menanjak menjadi 150-200 potong. Dari usaha tersebut, pada 2004 mampu menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci.

Setelah naik haji 2004, usahanya terus berkembang dan dapat meningkatkan omset penjualan ayam potong hingga 200 ekor.
“Saya sendiri tidak percaya, tetapi, begitulah rezeki datang kepada saya. Dalam setiap sholat, saya selalu meminta rezeki yang halal dan barokah kepada Alloh. Teman-teman saya tahu itu. Ya, orang tidak bisa berbuat banyak tanpa berdoa. Banyak teman tahu itu.”

Sepulang naik haji, omset Sumaryono semakin meningkat. Pesanan mengalir dari beberapa pelanggan baru dalam jumlah besar. Omset terbesar adalah pesanan dari Pupuk Kaltim sebanyak 1500 potong.

Pada tahun 2000, usaha ayam potong dan ayam bakar, Sumaryono memiliki semboyan usaha Ayam Barokah Berdagang Sesuai Syariah. Maksudnya, mulai dari proses hingga hasil jadi berdasarkan Syariat Islam.

“Ya, mulai dari motong sampai cara berdagang sesuai dengan syariah,” ujar Sumaryono didampingi istri, Deni Puji Hastuti.

Pada tahun 2008, semboyan tersebut mulai berubah, yaitu Ayam Barokah Membawa Berkah. Perubahan ini berdasarkan tujuan dan harapan dari Sumaryono agar rezeki atau berkah yang saya terima dari usaha yang dijalankan dapat dinikmati orang banyak.

“Maksudnya, rezeki dan berkah yang saya terima, tidak hanya saya nikmati sendiri tetapi juga oleh saudara dan masyarakat pada umumnya. Saya juga mulai bergerak di bidang keagamaan dan sosial.

Setiap jumat pesantren dapat jatah kiriman ayam 10 ekor.“ Sumaryono menambahkan, aktivitas saat ini menjadi pengurus Ikapakarti, Paguyuban Klatenan, Ketua Majelis Sholawat Bontang Barat, sampai Pembina Komunitas Pecinta Motor Tiger.

Dalam menjalankan usaha, Sumaryono memegang prinsip kerja keras dan disiplin serta mensyukuri nikmat yang diperoleh. Sang istri, Deni Puji Hastuti menyatakan, suaminya adalah contoh pekerja keras.

“Bapak di mata saya itu adalah seseorang yang sangat pekerja keras, menerapkan disiplin, dan tegas. Tetapi, Bapak ini romantis juga.”

Tetapi, peristiwa-peristiwa menyakitkan terus bergantian, bahkan oleh saudara sendiri, berlanjut hingga di Kota Bontang. Tetapi, Sumaryono tetap menjalani hidup dengan optimis dan percaya bahwa rezeki sudah ada yang mengatur.

“Kenapa saya mau banyak berkorban, banyak memberi, mau banyak nyumbang, harta itu sudah ada yang ngatur. Gusti Alloh kalau mau ngasih tidak kurang jalan, kalau mau ngambil tidak kurang jalan. Harta itu hanya titipan.”

Sumaryono terus mengembangkan usaha sampai saat ini. Selain usaha ayam potong di Pasar Taman Telihan dan ayam bakar di Ruko Telihan, Sumaryono bersama istri juga menjalankan bisnis kosmetik, café, hingga Biro Perjalanan Haji dan Umroh.
Namun, dengan tegas Sumaryono menyatakan, dirinya sama sekali tidak tertarik terhadap dunia politik (praktis).
“Saya ingin jadi orang biasa saja. Kalau masih punya rasa welas asih, ga bisa jadi orang politik. Saya gak tertarik sama sekali.” pungkasnya.

 

Laporan : Dwi Hendro & Rully

Editor : Revo Adi M