Samarinda. Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengadakan workshop bertema “Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia, dan Biofuel: Peluang dan Tantangan”. Acara yang digelar pada Kamis (13/06/2024) ini merupakan lanjutan dari kegiatan yang sukses diselenggarakan pada tahun 2023 di Bogor, Medan, dan Balikpapan.
Dihadiri oleh 126 peserta dari berbagai elemen masyarakat, workshop yang berlangsung di Ballroom Swissbell Hotel, Jl. Mulawarman, kota Samarinda ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan yang akan diadakan di lima kota lainnya, yakni Pontianak, Palembang, Jambi, dan Padang. Prof. Dr. Erliza Hambali, ketua tim pelaksana workshop dan Guru Besar IPB University, menyatakan bahwa tujuan utama acara ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai produk-produk oleopangan, oleokimia, dan biofuel yang potensial dikembangkan di Indonesia serta memahami peluang dan tantangan dalam pengembangan industri ini. Dirinya menekankan tantangan dalam menarik investor, kesiapan pemerintah daerah, dan perbaikan infrastruktur sebagai kunci keberhasilan hilirisasi sawit di Kalimantan Timur.
“terutama di Kalimantan Timur merupakan salah satu dari 10 provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia, penting untuk meningkatkan nilai tambah sawit agar manfaatnya dapat diperoleh semaksimal mungkin oleh masyarakat setempat,” ujar Prof. Dr. Erliza Hambali.
Komoditas kelapa sawit termasuk dalam 10 kelompok komoditas unggulan Indonesia yang didorong oleh pemerintah untuk digiatkan proses hilirisasi dan peningkatan daya saingnya. Hilirisasi industri oleopangan, oleokimia dan bioenergi berbasis sawit merupakan upaya strategis untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit melalui proses pengolahan agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Hal ini mengingat minyak kelapa sawit hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dalam menambah devisa negara.
“Sawit ini merupakan devisa dari hasil selain tambang yang paling besar itu dari sawit nah kontribusinya terhadap pendapatan Indonesia pendapatan bruto domestik kita itu besar jadi ini kontribusinya jelas, dari sawit ini Kalimantan ini hampir semua daerahnya kan ditanami sawit ya jalan-jalan bisa di baguskan mungkin karena sawit uangnya bisa dari sawit,” lanjut erliza
Erliza Hambali juga menggarisbawahi beberapa tantangan yang dihadapi dalam hilirisasi sawit di Kalimantan Timur, diantaranya seperti menarik investor, kesiapan pemerintah daerah, dan perbaikan infrastruktur.
“Tantangannya masih banyak, seperti bagaimana menarik investor ke sini, kesiapan pemerintah daerah, dan memperbaiki infrastruktur,” tambahnya.
Data dari Ditjenbun (2022) menunjukkan bahwa luas areal kelapa sawit di Indonesia mencapai 15,38 juta hektar dengan total produksi CPO sebesar 48,24 juta ton dan PKO sebesar 9,65 juta ton. Industri kelapa sawit berkontribusi 3,5% terhadap PDB nasional dan menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang, menghidupi lebih dari 21 juta jiwa. Hilirisasi minyak sawit dalam negeri dilakukan dengan mengolah CPO dan PKO menjadi produk bernilai tambah tinggi, baik untuk ekspor maupun substitusi impor. Produk yang dihasilkan meliputi oleofood, oleochemical, dan biofuel.
Prof. Dr. Lambang Subagiyo, Wakil Rektor 1 Universitas Mulawarman, menekankan pentingnya sawit bagi Kalimantan Timur. Selain sebagai potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, sawit juga menjadi objek keilmuan yang dapat diteliti. Dirinya mengungkapkan bahwa Universitas Mulawarman berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat melalui pengembangan sawit, baik melalui penelitian maupun program pengabdian masyarakat.
“Sawit adalah salah satu sumber pendapatan daerah dan potensi untuk meningkatkan keilmuan masyarakat. Unmul berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat dan daerah melalui pengembangan sawit,” ujarnya.
Prof. Dr. Bernatal Saragih, Wakil Dekan I Bidang Akademik Faperta Universitas Mulawarman, menambahkan bahwa sawit menjadi komoditas utama non-migas yang menyumbang devisa di Kalimantan Timur.
“Sawit memberikan peluang pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, terutama di masa pandemi, di mana sektor pertanian tumbuh 16% sebagian besar berkat sawit,” katanya.
Universitas Mulawarman sendiri telah melakukan berbagai inovasi dalam pengembangan produk sawit, termasuk sawit merah dan isolasi beta karoten.
“terkait dengan sawit ya yang kita sudah publish misalnya terkait dengan sawit merah kemudian isolasi beta karoten menjadi apa produk-produk yang sudah kita patenkan banyak inovasi yang kita lakukan untuk Pengembangan di Kalimantan Timur,” lanjutnya.
Workshop ini diharapkan mampu memberikan edukasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya hilirisasi sawit serta demonstrasi pengolahan produk hilir sawit yang mudah diproduksi ulang. Kegiatan ini didukung oleh BPDPKS sebagai sponsor utama dan Universitas Mulawarman sebagai mitra pelaksana di Samarinda.
Dengan adanya kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah, perekonomian, penerimaan negara, substitusi impor, investasi, devisa, dan penyerapan tenaga kerja lokal. Hilirisasi juga diharapkan mampu mengoptimalkan penyerapan hasil produksi petani rakyat, menyediakan bahan pangan, nonpangan, oleokimia, dan bahan bakar terbarukan, serta membangkitkan ekonomi produktif berbasis industri pengolahan.